Kalau Anda ahli musik, abaikan saja bagian ini. Kalau Anda punya minat atau bakat musik tapi kurang tahu tentang ilmu musik Barat, saya akan menjelaskan dasar-dasarnya. Dasar-dasar ini dibatasi pada unsur-unsur musikal yang dijelaskan Dr. Kunst dalam bukunya tentang musik tradisional di Papua. Dengan demikian, Anda diharapkan akan memahami secara mudah pembahasan Kunst tentang musik tradisional di Papua dalam tulisan-tulisan mendatang. Anda bisa memakai bagian tulisan ini sebagai rujukan kalau penjelasan Kunst yang teknis itu kurang jelas atau membingungkan Anda.
Unsur-Unsur Musik Barat
Ada empat unsur umum musik Barat. Pertama, irama (dan matra); kedua, atmosfir; ketiga, suasana hati (mood), dan keempat, pesan.
Irama dan matra
Irama dalam musik pop atau kontemporer sering disebut style, tradisi, idiom, atau corak (genre). Dalam musik pop modern, irama mencakup country, folk, waltz, rock ‘n roll, samba, salsa, disko, dan lain-lain. Ia mencakup juga fusi atau peleburan berbagai corak pop seperti country-rock, jazz-rock, dan Latin-disco.
ARTIKEL KITA DI SINI SECARA LENGKAP
Kalau Anda ahli musik, abaikan saja bagian ini. Kalau Anda punya minat atau bakat musik tapi kurang tahu tentang ilmu musik Barat, saya akan menjelaskan dasar-dasarnya. Dasar-dasar ini dibatasi pada unsur-unsur musikal yang dijelaskan Dr. Kunst dalam bukunya tentang musik tradisional di Papua. Dengan demikian, Anda diharapkan akan memahami secara mudah pembahasan Kunst tentang musik tradisional di Papua dalam tulisan-tulisan mendatang. Anda bisa memakai bagian tulisan ini sebagai rujukan kalau penjelasan Kunst yang teknis itu kurang jelas atau membingungkan Anda.
Unsur-Unsur Musik Barat
UMUM
Ada empat unsur umum musik Barat. Pertama, irama (dan matra); kedua, atmosfir; ketiga, suasana hati (mood), dan keempat, pesan.
Irama dan matra
Irama dalam musik pop atau kontemporer sering disebut style, tradisi, idiom, atau corak (genre). Dalam musik pop modern, irama mencakup country, folk, waltz, rock ‘n roll, samba, salsa, disko, dan lain-lain. Ia mencakup juga fusi atau peleburan berbagai corak pop seperti country-rock, jazz-rock, dan Latin-disco.
Anda yang bisa memainkan gitar irama tahu bahwa memainkan irama country, misalnya, berbeda dengan memainkan irama salsa. Pola pukulan gitarmu untuk jenis irama pertama berbeda dengan pola pukulanmu untuk jenis irama kedua. Dalam notasi khusus untuk irama gitar, setiap irama ini diperikan dengan pola kombinasi not dengan berbagai nilai tertentu.
Dalam musik, ritme adalah suatu bagian dari melodi atau lagu. Ia berhubungan dengan distribusi not-not dalam waktu dan tekanan not-not itu. Not-not dalam waktu ini diberi berbagai nilai.
Di samping itu, tidak semua not mendapat tekanan yang sama: ada yang mendapat tekanan berat, ada yang mendapat tekanan relatif berat, dan ada yang mendapat tekanan ringan. Dalam suatu lagu yang memakai ketukan 4/4 tadi, setiap empat not yang masing-masing bernilai satu ketukan dibatasi oleh dua garis tegak-lurus di kiri kanan kesatuan ini: ___. Setiap garis lurus tadi disebut garis birama dan kedua garis ini membentuk satu birama (disebut maat dalam bahasa Belanda dan bar dalam bahasa Inggris). Kesatuan empat not dengan nilai tadi membentuk satu birama. Menurut aturan baku, setiap not pertama dalam satu birama 4/4 mendapat tekanan berat, setiap not yang membentuk ketukan ketiga mendapat tekanan relatif berat, dan setiap not yang membentuk ketukan kedua dan keempat mendapat tekanan ringan.
Dalam hubungan dengan penelitian musik tradisional di Papua, Anda perlu tahu apa yang disebut “ritme bebas”. Ini jenis ritme yang tidak ditentukan oleh kejadian teratur dari garis-garis birama tapi kejadian yang timbul dari aliran alami atau konvensional dari not-not. Suatu lagu yang memakai ritme bebas secara praktis akan melibatkan pergantian jenis birama – ada yang tidak lazim – yang bisa lebih dari dua kali. Lagu, misalnya, dimulai dengan birama ganjil seperti 7/4 lalu beralih menjadi 2/4, kemudian 4/4 lalu berakhir dengan 7/4.
Di Indonesia, ritme bebas bisa Anda simak dari nyanyian-nyanyian mazmur dalam Mazmur dan Nyanyian Rohani susunan I.S. Kijne dan dalam Kidung Jemaat terbitan Yayasan Musik Gereja di Jakarta. Dalam ibadah Gereja Katolik, ia muncul dalam lagu-lagu Gregorian (Gregorian chants).
Ritme harus dibedakan dengan matra. Secara sederhana, matra adalah pengelompokan ketukan-ketukan dasar yang tetap dari suatu lagu. Dalam musik populer, ia disebut beat, suatu kata bahasa Inggris yang berarti “ketukan” dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis matra membentuk jenis-jenis birama seperti 2/4, 3/4, 4/4, 6/4, 3/8, 6/8, 9/8, dan 12/8. Angka di sebelah kiri garis miring menunjukkan jumlah ketukan per birama; angka di sebelah kanan menunjukkan nilai not dasar yang melandasi berbagai nilai not yang membentuk ritme suatu lagu.
Contoh matra bisa Anda dengar dengan jelas dari irama disko. Disko memakai ketukan 4/4 yang kuat dan cukup cepat. Keempat ketukan dasarnya dalam satu birama dipertegas oleh bunyi drumnya: DUM DUM DUM DUM. Bunyi ini berulang-ulang secara tetap selama lagu disko dimainkan.
Atmosfir
Atmosfir adalah lingkungan di sekitar suatu nyanyian. Atmosfir menjawab pertanyaan: “Anda di mana?” Di suatu pantai tropik atau pegunungan salju; di gereja, di rumah, atau di hotel?
Suasana hati
Bagaimanakah perasaan Anda yang tengah menyanyi tentang apa yang Anda katakan pada kami sebagai pendengar? Bahagia, merenung, sedih, damai, tenang, rindu, bercanda, sangat hormat, sepi?
Pesan
Apa yang Anda, penyanyi, katakan pada kami sebagai pendengarmu? Apa fakta, sudut-pandang, filsafatmu; tanggapan apakah yang Anda inginkan dari kami?
Selain empat unsur umum, musik Barat berisi juga empat unsur khusus. Pertama, lirik; kedua, melodi; ketiga, harmoni; dan keempat ritme.
Lirik
Ini adalah kata-kata atau syair lagu. Ada beda arti antara pesan dan lirik. Pesan adalah apa yang Anda katakan melalui suatu nyanyian atau lagu; lirik adalah bagaimana Anda menyampaikan pesanmu melalui nyanyianmu.
Lirik mengungkapkan emosi (umum) dan nyanyian – mencakup melodi dan lirik – adalah ungkapan emosional. Lirik bisa terdiri dari bait (verse) dan koor (chorus). Bait menunjukkan, koor bercerita. Bait menunjukkan seseorang atau sesuatu melalui bahasa yang spesifik dan menarik; koor bercerita melalui komentar atau ringkasan tentang bait.
Melodi
Unsur ini adalah suatu gabungan dari rangkaian tingginada (pitch) dan ritme. Rangkaian tingginada dan ritme ditandai oleh rangkaian not dan tanda-diam dengan bermacam-macam nilai. Tergantung kebutuhan, harmoni – gabungan dua, tiga, empat nada atau lebih menurut aturan tertentu – dan lirik adalah bagian lain dari melodi.
Rangkaian not suatu melodi dibentuk oleh interval. Interval adalah “jarak” antara dua not, sejauh satu di antaranya lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Jarak antara not do dan re atau sebaliknya secara bertangga membentuk interval kedua karena Anda membunyikan secara naik-turun dua not. Interval ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan masing-masing adalah do-mi (ada tiga not, do-re-mi); do-fa (ada empat not, do-re-mi-fa); do-sol; do-la; do-si; dan do-do (do kedua lebih tinggi sejauh delapan nada dari not do pertama). Selain itu, ada interval yang berjarak lebih jauh dari satu oktaf, seperti interval ke-9 (do-re dengan re titik satu di atasnya), interval ke-10 (do-mi dengan mi titik satu di atasnya), interval ke-11 (do-fa dengan fa titik satu di atasnya), dan interval lain yang lebih jauh jaraknya.
Ciri interval bergantung juga pada tangganada. Contoh-contoh interval tadi berasal dari suatu tangganada Barat yang sangat lazim dipakai untuk menciptakan lagu: tangganada diatonik mayor. Urutan notnya dari yang paling rendah ke yang paling tinggi sejauh satu oktaf – delapan nada – adalah do-re-mi-fa-sol-la-si-do. Anda bisa membunyikan urutan not ini dari yang paling rendah ke yang paling tinggi dan sebaliknya.
Semua contoh interval tadi yang berdasarkan tangganada diatonik mayor punya jarak nada. Nada-nada dalam tangganada ini adalah nada-nada pokok atau dasar. Setiap pasangan not yang paling berdekatan secara berjenjang punya jarak satunada (whole tone) kecuali jarak setengahnada (semitone) antara mi-fa dan si-do.
Karena tangganada diatonik mayor mengenal dua setengahnada, maka secara ilmu berhitung sederhana jarak nada antara pasangan not lain yang punya satunada bisa dibagi menjadi dua. Pasangan not do-re, re-mi, fa-sol, sol-la, dan la-si yang masing-masing berisi satunada sebagai akibatnya dibagi menjadi setengahnada. Timbullah suatu tangganada baru yang di dalamnya setiap pasangan not tadi diperkecil jaraknya menjadi setengahnada dan menghasilkan jaraknada yang sama antara semua pasangan not yang baru.
Tangganada baru berdasarkan hasil pembagian satunada menjadi setengahnada ini disebut tangganada kromatik. Dari yang paling rendah ke yang paling tinggi, urutan notnya demikian: 1-#1-2-#2-3-4-#4-5-#5-6-#6-7-1. Tanda kres (#) menaikkan not di sebelah kiri kres sejauh setengahnada. Ketika dinyanyikan, not-not yang diberi tanda # berbunyi – dari yang paling rendah ke yang paling tinggi – do-di-re-ri-mi-fa-fi-sol-se-la-li-si-do. Tapi kalau dibunyikan dari not do yang paling tinggi ke yang paling rendah, cara menulisnya berbeda: 1-7-b7-6-b6-5-b5-4-3-b3-2-b-1. Tanda mol (b) menurunkan not di sebelah kiri sejauh setengahnada juga. Urutan not ini dibunyikan sebagai do-si-sa-la-lu-sol-su-fa-mi-mu-re-ru-do.
Secara praktis, bunyi setengahnada pada posisi naik dan turun dari tangganada kromatik sama: di sama bunyinya dengan ru, ri sama bunyinya dengan mu, fi sama bunyinya dengan su dan seterusnya. Karena sama bunyinya, nada-nada ini disebut nada-nada enharmonik.
Tangganada diatonik mayor lazimnya dipakai untuk menciptakan lagu-lagu yang bersuasana gembira, ceria, cerah – pendek kata, lagu-lagu yang bersuasana optimistik. Tangganada kromatik memberi warna-warna halus pada suatu ciptaan musikal. Ada juga lagu-lagu yang, meskipun memakai tangganada diatonik mayor, bersuasana sedih. Coba dengarkan beberapa lagu rakyat atau lagu pop klasik dari Ambon/Maluku yang boleh dikatakan memakai tangganada diatonik mayor dan dinyanyikan dengan tempo lambat, seperti “lagu tanah” (lagu rakyat asli) asal Ambon berjudul “Nusaniwe” atau lagu pop Ambon tahun 1980-an berjudul “Sioh, Mamae.” Ada yang begitu tersentuh hatinya oleh suasana melodi dan kata kedua lagu ini sampai menangis.
Pola ritme khas suatu melodi dibentuk oleh kombinasi khusus berbagai interval tadi. Dalam musik vokal (gabungan nyanyian dan musik iringan), pola ritme ini dipengaruhi ritme dan makna liriknya. Not-not yang ditahan – misalnya, selama dua sampai dengan empat ketukan alam jenis birama 4/4 (1 . . . ) – cocok untuk menekankan pesan lirik yang penting, seperti judul suatu lagu. Pasangan atau rangkaian not yang bergerak cepat karena memakai satu garis penghubung di atasnya), kombinasi satu dan dua garis penghubung di atas tiga not, atau dua garis penghubung di atas empat not cocok untuk lagu-lagu yang bersifat cakap (conversational). Pola ritme yang ditandai oleh berbagai garis penghubung not-not bernilai kecil mengungkapkan suasana kegiatan yang membutuhkan energi tinggi seperti kesibukan pekerjaan, kehidupan yang terburu-buru, pertandingan olahraga seperti sepak bola, bahkan keadaan kacaubalau atau perang.
Ada lagi suatu teknik menyatukan berbagai not untuk membentuk pola ritme lain. Tiga not disatukan oleh satu garis penghubung di atasnya, ditambah tulisan angka 3. Ini disebut triul pendek dan dalam lagu berjenis birama 4/4, triul pendek dihitung sebagai satu ketukan. Ada juga empat not yang dihubungkan satu garis dan ditambah tulisan angka 4 di atasnya; ini disebut kuartol dan dihitung juga dalam jenis birama tadi sebagai satu ketukan. Rangkaian lima dan enam not yang masing-masing disatukan oleh satu garis penghubung di atasnya dengan tulisan 5 dan 6 disebut kuintol dan sekstol masing-masing dihitung juga sebagai satu ketukan dalam jenis birama tadi.
C

Dalam musik pop dunia, pola ritme khas melodi bisa menunjukkan asal dan bahkan bisa menaikkan “nilai jual” lagu. Bandingkan, misalnya, musik pop khas Eropa daratan, Inggris, dan Amerika Serikat yang memakai irama seperti wals, country, dan rock ‘n roll dengan musik pop khas Karibia seperti reggae dari Yamaika dan bolero dari Kuba dan juga dengan musik pop khas Amerika Latin seperti samba dan salsa. Anda akan mendengarkan pola ritme khas yang barangkali sulit Anda jelaskan dari berbagai kawasan tadi tapi yang sangat Anda rasakan – dan suka sekali sehingga Anda beli kaset atau CD-nya. Pola ritme ini dipengaruhi di antaranya oleh ritme dan makna lirik dan juga oleh gabungan khas berbagai macam interval dengan berbagai nilai not.
Tapi ada juga lagu-lagu yang suasananya gembira meski memakai not-not minor. Beberapa lagu religius dari Israel dan lagu dangdut Indonesia yang bersuana ceria malah dibawakan dengan memakai not-not minor. Ini bukan kelaziman.
Kedua, suatu melodi diciptakan melalui kombinasi not-not berbagai nilai dengan waktu istirahat tertentu di antara not-not itu. Not yang ditahan selama beberapa ketukan digabung dengan not yang berlangsung selama satu ketukan, setengah ketukan, seperempat ketukan, seperenam belas ketukan, dan seterusnya. Tanda istirahat biasanya muncul pada not yang ditahan yang bisa diikuti tanda koma atau tanda diam. Dalam notasi angka, tanda diam ditulis dengan memakai angka nol (0). Melodi tanpa waktu istirahat akan melelahkan untuk didengar dan dinyanyikan.
Tangganada ini sudah mendasari ciptaan berbagai nyanyian jemaat Kristen di Indonesia. Subronto Kusumo Atmodjo menciptakan berdasarkan pelog ini “Roh Kudus Turunlah” dan “Puji Allah Pencipta” dalam Kidung Jemaat; buku nyanyian jemaat Kristen yang sama berisi “SabdaMu Abadi” yang juga memakai pelog ini ciptaan Romo (Pater) Soetanta S.J. Pendeta Dr. Sutarno, mantan rektor Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga, Jawa Tengah, menciptakan berdasarkan pelog ini “Ya Tuhanku, Kasihanilah Daku” dan “Amin, Haleluya!” dalam Nyanyikanlah Kidung Baru.
Dalam notasi balok, not inti yang merupakan not akordal dicetak dengan not berkepala putih sementara not sisipan atau not nonakordal dicetak dengan not berkepala hitam. Untuk memudahkan pemahaman Anda, saya akan menggantikan not berkepala putih dengan not angka, yaitu, suatu not angka diikuti satu titik, seperti 1 . dan 2 (re) tanpa titik di belakangnya untuk not balok berkepala hitam.

Dalam posisi tanpa balikan, apa susunan setiap akord dasar tadi? C terdiri dari 1-3-5, G 5-7-2, G7 5-7-2-4, dan F 4-6-1.
Not sisipan (mi) untuk akord G7 terdapat dalam suku kata “kon-“ dari kata “kukondao” dan “ki-“ dari kata “bekipase”. Untuk akord C, not nonakordalnya terdapat pada suku kata “-ren” (kena not re) dan “re-“ (kena not fa) dari frasa “Soren Doreri”. Not nonakordal untuk akord F (yaitu sol) ada pada suku kata “ni-“ dari “baninema” dan “a-“ dari “Arafa”.
Lagu dimulai dengan not sol titik satu di bawahnya, sekaligus sebagai not paling rendah. Dalam gerak majunya, not sol dipakai lebih dari sekali: sol titik satu di bawahnya dipakai 5 kali sementara sol tanpa titik di atas atau di bawahnya dipakai satu kali. Not si satu titilk di bawah dipakai dua kali. Not do dipakai 4 kali.Not re dan mi masing-masing dipakai 8 kali. Not fa dipakai 4 kali.
Untuk meringkaskan melodi “Apuse” supaya memahami “sokoguru” atau “tiang utama” bangunan melodinya, para ahli musik memilih satu not saja dari semua bentuk not yang sama yang dipakai dalam lagu rakyat tadi. Mereka memilih not inti dari awal ke akhir lagu dan menyusunnya secara bertangga, meninggi atau menurun sesuai arah gerak melodi. Semua not akordal punya dua ketukan, semua not nonakordal punya satu ketukan. Jadi, nada inti atau not inti yang menjadi “sokoguru” melodi “Apuse” berjangkauan satu oktaf – delapan nada dengan not la tersirat – ini demikian:
5 . 7 . 1 . 2 . 2 3 4 . 4 5 .
Analisis inti bangunan melodi seperti ini akan Anda temukan berkali-kali ketika kita membicarakan hasil penelitian Dr. Jaap (dibaca “Yaap”) Kunst tentang musik tradisional di Papua. Dengan memahami struktur dasarnya, Anda dipermudah untuk mengembangkannya menjadi melodi khas Papua dengan memadukannya secara apik dengan unsur-unsur musik modern.
Harmoni
Secara sederhana, harmoni adalah struktur akord. Penjelasan tentang akord lebih mudah dipahami melalui susunan tiga notnya berdasarkan kombinasi interval tertentu; susunan macam ini disebut “triad”. Yang akan dipakai sebagai contoh penjelasan pun akord-akord dasar. Semua triad dibentuk – dari not paling rendah ke not paling tinggi – oleh dua macam interval: interval ke-3 dan interval ke-4. Triad C, misalnya, dibentuk masing-masing oleh interval ke-3, yaitu, 1-3 dan 3-5. Ketika mengalami balikan kesatu, urutan notnya menjadi 3-5-1 yang dibentuk sekarang oleh interval ke-3 (3-5) dan ke-4 (5-1). Anda bisa menemukan aturan yang sama ketika menguraikan interval akord-akord dasar lain, yaitu, F dan G – semuanya dalam tangganada C mayor. Tangganada minor naturel yang dibentuk dari tangganada C mayor memakai triad minor seperti Am (6-1-3), Dm (2-4-6), dan Em (3-5-7). Setiap triad minor ini dibentuk oleh gabungan dua interval ke-3. Balikkan triad Dm, misalnya, menjadi 4-6-2 dan Anda menemukan gabungan interval ke-3 (4-6) dan ke-4 (6-2). Akord-akord minor tadi adalah juga bagian dari tangganada diatonik C mayor.
Akord-akord mayor – seperti C, F, dan G – umumnya dipakai untuk mengungkapkan suasana “terang”, “cerah”, bahagia – pendek kata, suasana optimistik. Akord-akord minor – seperti Am, Dm, dan Em – umumnya dipakai untuk mengungkapkan suasana hati yang sedih, muram, gelap, sayu, parah – pendek kata, suasana introspektif. Dalam musik vokal, kedua macam suasana ini ditentukan oleh makna lirik dan bentuk melodi yang disesuaikan dengan makna lirik.
Selain struktur akord, harmoni mencakup juga apa yang diistilahkan “voicing”. Ini adalah pilihan dari not-not akord yang ingin Anda mainkan atau nyanyikan. Suatu akord yang lengkap lebih luas jangkauan notnya dari bentuk triadnya. Ambil akord C lagi sebagai contoh penjelasan. Di atas triadnya ada C6 (1-3-5-6), CM7 (1-3-5-7), C7 (1-3-5-b7), C9 (1-3-5-b7-2), C11 (-3-5-b7-2-4), C13 (1-3-5-b7-2-4-6). Kalau akord ini ditambah angka-angka tertentu di belakangnya, susunan notnya makin bervariasi: Cadd9 (1-3-5-2), C+(1-3-#5-1), C6/9 (3-6-2-5-1-3), C7sus (1-4-5-b7), Co7 (b3-6-1-b5), C7#5 (3-b7-3-#-1-3), C7b5 (3-b7-1-b5), C7#9 (1-3-b7-#2), C7b9 (1-3-5-b7-b2), C7#5b9 (3-b-3-#5-b2-3, dan lain-lain. Ketika Anda ingin membuat duet, Anda hanya akan memakai dua dari sekian not dalam susunan berbagai jenis akord C tadi; Anda tidak mungkin memakai lebih dari dua. Kalau melodi utama adalah suara sopran dan melodi “pewarna” adalah suara tenor, maka susunan not sopran-tenor tentu bergantung pada suara utama. Kalau suara utama memakai mi, misalnya, suara pewarna memakai sol. Anda lalu memilih dua dari sekian not dalam akord C yang begitu banyak variasinya. Teknik yang sama Anda pakai untuk membentuk trio – paduan suara dari tiga suara; triad pun Anda pakai untuk memainkan organ dan, karena itu, Anda harus memilih tiga dari sekian not pada akord-akord C tadi. Gitar enam senar yang Anda mainkan tidak mungkin memainkan kombinasi not lebih dari enam, seperti C13. Sesuai setelan gitar dan aturan yang berlaku, Anda harus memilih enam dari 7 not dalam akord ini. Pilihan not-not akordal yang Anda buat demi nyanyian atau iringan disebut voicing.
Harmoni adalah suatu konsep musikal khas Barat. Ia tidak ditemukan dalam musik tradisional di Papua. Yang sering ditemukan oleh penelitian Kunst adalah nyanyi sama-sama memakai satu suara – disebut nyanyi dalam bentuk unison. Kalau terdengar suara lain yang mirip harmoni atau paduan suara, kombinasi berbagai suara ini tidak mengikuti aturan harmoni Barat.
Ritme
Ritme dalam bentuk notasi musikal – rangkaian not balok atau not angka – menghidupkan makna kata-kata suatu lagu. Perasaan ritme karena itu harus sejalan dengan perasaan kata-kata. Ritme bahkan menghidupkan lirik.
Secara praktis, ritme dalam bentuk notasi musikal diperkuat daya pikatnya oleh iringan musikal. Dalam musik pop modern, iringan musikal ini disebut irama, style, idiom, corak, tradisi. Anda yang terbiasa memainkan keyboard Yamaha PSR 3000 akan menemukan berbagai irama ini pada tulisan Styles di bagian atas keyboard. Anda akan menemukan tombol dengan tulisan Ballad yang berisi Classical Piano Ballad dan tombol Hard Rock. Setiap style dilengkapi empat macam tombol variasi yang disebut fill.
Pilihan berbagai irama musik pop modern pada keyboard ini Anda sesuaikan dengan jiwa lagu. Suatu lagu yang memenuhi syarat harus menunjukkan keserasian atau semacam “kerjasama” antara lirik dan melodi; artinya, bentuk lirik harus disesuaikan dengan ritme dan makna lirik. Kalau suatu pesan lirik menimbulkan suasana lembut (mellow) dan melodi mendukungnya, ritme atau style yang mendukung kedua-duanya pun harus lembut. Jenis-jenis ballad yang lembut pada keyboard Yamaha tadi cocok untuk mengungkapkan pesan dan melodi yang lembut. Kalau pesan liriknya dan melodi yang menunjangnya bersuasana romantik (suasana seperti mimpi indah atau seperti Anda sedang berada di Eden atau kebun bunga yang menimbulkan suasana mirip Eden), ritme iringannya pun romantik. Classical Pop Ballad pada keyboard tadi cocok untuk mengiringi lirik dan melodi yang romantik. Kalau pesannya keras, melodi dan iringannya pun keras. Hard Rock cocok untuk pesan dan melodi yang keras.
Penguatan suasana lagu melalui keserasian antara lirik, melodi, dan iringan adalah suatu aturan baku dalam menciptakan dan membawakan lagu modern. Aturan ini menjadi berantakan kalau terjadi konflik di antara ketiga-tiganya. Irama samba dan salsa yang energik menjadi loyo – tanpa energi extra joss – kalau Anda mainkan dengan irama yang rileks atau romantik. Idiomnya keliru. Sebaliknya, lirik tentang suasana damai di pedesaan menjadi tidak pas kalau melodinya bergerak lincah dan cepat dan iringan musiknya energik seperti disko, funky, atau heavy-metal rock. Supaya pas, lagu-lagu dibawakan sesuai iramanya yang khas, atmosfir, dan suasana dari makna liriknya.
Ritme tadi berkaitan dengan dinamika. Nyanyian apa pun membutuhkan energi, tenaga. Bahkan nyanyian yang tenang sekalipun membutuhkan intensitas, kepadatkentalan tenaga, untuk menghidupkannya. Ritme menolong menghidupkan musik.
Peleburan Semua Unsur Musik
Dalam musik modern, semua unsur musik tadi – umum dan khusus – harus dileburkan demi memperkuat suatu pesan utama dari nyanyian. Aturan umum yang berlaku demikian: Semua unsur nyanyian harus bekerja sama untuk mempertinggi perasaan dari makna pesan.
Salah satu penerapan aturan ini adalah penyelarasan tekanan melodik dengan tekanan kata. Sangat banyak lagu modern di Indonesia entah pop entah klasik mengabaikan asas keserasian ini – untuk berbagai alasan yang akan menjadi terlalu banyak untuk dijelaskan di sini. Yang bisa dikatakan adalah bahwa para pencipta lagu dan lirik dengan tekanan yang saling bertabrakan ini rupanya tidak atau belum memahami aturan tentang keserasian ini.
Suatu contoh yang dikutip sebagai contoh konflik antara tekanan melodik dan tekanan kata adalah lagu Burung Kakatua. Kalau bagian awalnya kita baca menurut logal Indonesia yang berlaku umum – seperti yang dipakai para penyiar televisi dan radio – kata-kata lagu ini harus dibaca demikian (dengan suku kata yang dicetak dengan huruf besar dibacakan lebih nyaring dari yang tidak dicetak demikian):
BU-rung KA-ka-TU-a HING-gap DI jen-DE-la.
NE-nek SU-dahTU-a, gi-gi-NYA TING-gal DU-a.
(Kata “gigiNYA” bisa juga ditekan pada suku katanya yang kedua: giGInya.)
Tapi apa yang kita dengar kalau kita baca tekanan kata sesuai tekanan melodiknya tidak pas sehingga menimbulkan efek jenaka.
Bu-RUNG ka-KA-tu-A hingGAP JEN-de-LA.
Ne-NEK su-DAH tu-A, gi-gi-NYA ting-GAL du-A.
Ini salah satu dari banyak lagu ciptaan di Indonesia yang berisi konflik antara tekanan kata dan melodik.
Salah satu dari sedikit lagu perjuangan Indonesia yang tekanan kata dan melodiknya sempurna adalah Maju Tak Gentar karya Cornel Simanjuntak. Sedikit dari buku nyanyian jemaat yang mematuhi secara ketat aturan umum tadi – termasuk, keserasian antara tekanan kata dan melodik – adalah Kidung Jemaat terbitan Yayasan Musik Gereja di Jakarta, Mazmur dan Nyanyian Rohani susunan I. S. Kijne, dan Nyanyikanlah Kidung Baru (sampai batas tertentu). Anda yang berminat bisa mempelajari keserasian unsur-unsur tadi dalam ketiga buku nyanyian ini.
Melodi, Lagu, dan Nyanyian
Sejauh ini, kata “melodi”, “lagu”, dan “nyanyian” dipakai berulang-ulang. Apa arti ketiga istilah ini? Melodi adalah suatu urutan not yang bervariasi dalam tingginada dan punya suatu bentuk musikal yang bisa dikenal. Singkat kata, melodi mencakup urutan not dan tingginada. Melodi berarti juga lagu atau nyanyian. Nyanyian adalah komposisi vokal pendek apa pun, entah diiringi musik entah tidak.
Dengan penjelasan tentang beberapa segi dasar-dasar ilmu musik Barat, Anda sekarang sudah dipermudah untuk memahami hasil penelitian Dr. Jaap Kunst tentang musik tradisional di Papua lebih baik. Sambil berjalan, saya akan menjelaskan istilah-istilah teknis lain kalau belum dicakup dalam bagian tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar